Breaking

Selasa, 01 November 2016

Tugas Pendidikan Agama

MAKALAH
MANUSIA, AGAMA DAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengajar: Didi Junaedi. M.A





  DISUSUN_
AHMAD ROPII



D-IV TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA
TEGAL
201




KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul ”Manusia,AgamadanIslam”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.


Tegal, 24 September 2016




Penyusun







DAFTAR ISI




COVER                                                                                                                               I

KATA PENGANTAR                                                                                                  II

DAFTAR ISI                                                                                                               III

BAB I    PENDAHULUAN

             A.Latar Belakang Masalah                                                                                3
             B.Rumusan Masalah                                                                                         3
             C.Tujuan Penulisan Makalah                                                                            4
             D.Manfaat Penulisan Makalah                                                                          4

BAB II    PEMBAHASAN

              A.Landasan Teori                                                                                             5
              B.Pembahasan                                                                                                 10

BAB III   PENUTUPAN

               A.Kesimpulan                                                                                                 15
               B.Saran                                                                                                           16

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                          17



                                      

















BAB I

PENDAHULUAN


 A.Latar Belakang Masalah

Manusia, Agama dan Islam merupakan masalah yang sangat penting, karena ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang, yang tetap beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nila-nilai spiritual yang sesuai dengan agama-agama samawi (agama yang datang dari langit ataua gama wahyu).

Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih halus dan suci. Disamping itu, agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam menghadapi berbagai aliran sesat.

Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah dan akhlak dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat yang individu-individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong menolong.

Islam dengan berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi orang yang melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapai tujuan yang tinggi.


B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas,kami merumuskan masalah sebagai berikut.

1.     Apakah keberagamaan merupakan kebutuhan fitri?
2.     Mengapa manusia perlu memeluk agama ?
3.     Mengapa islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan ?
4.     Bagaimana islam sebagai agama yang lurus ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

 Sejalan dengan rumusan masalah diatas,makalah ini disusun dengan tujuan untuk :

1.Memahami bahwa keberagamaan merupakan kebutuhan fitri
2.Menjelaskan sebab-sebab manusia perlu memeluk agama
3.Menguraikan mengapa Islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan
4.Mendeskripsikan Islam sebagai agama yang lurus

D.Manfaat Penulisan makalah

  Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat kepada pembaca tentang Manusia, Agama dan Islam. Semoga memberikan manfaat bagi penulis sendiri.


                                 
BAB II

PEMBAHASAAN

A.    LANDASAN TEORI

  1.HAKEKAT MANUSIA DALAM ISLAM

 8 Definisi Manusia Menurut al- Toumy al- Syaibani
  1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi.
  2. Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
  3. insan makhluk sosial yang berbahasa.
  4. insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh
  5. insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan
  6. manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang diwarisi mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
  7. manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
  8. insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah.

            Hakikat manusia dalam islam Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.

Makhluuq (yang diciptakan)
a.       Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]b.       Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]c.       Bodoh Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]d.       Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]

Mukarram (yang dimuliakan)
a.       Ditiupkan ruh  [QS As Sajdah:9]b.       Diberi keistimewaan  [QS Al Isra:70]c.       Ditundukkan alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]

Mukallaf (yang mendapatkan beban)
a.       Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b.       Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]

Mukhayyar (yang bebas mamilih)
Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]

Majziy (yang mendapat balasan)
a.                     Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya, Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]b.       Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]> Pertanyaan-pertanyaan ·             
b.                      Apakah menurut anda tugas manusia sebagai Khilafah sudah terlaksana? Jawab: Ya dan tidak, di satu sisi ada manusia yang berbuat kerusakan dan pertumpahan darah dimana-mana. Namun ditempat lain manusia berusaha menjaga dan menjalankan amanah yang Allah berikan kepadanya.·   
Mengapa Allah ciptakan surga & neraka? Mengapa Allah tidak menciptakan hukuman yang lebih edukatif saja? Jawab: Allah ciptakan surga dan neraka karena memang segala sesuatu ada pasangannya. Sama seperti gelap dan terang, jika dipikirkan lebih dalam, sesungguhnya gelap itu tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana ketiadaan cahaya, dalam arti lain terang. Maka mengapa Allah ciptakan neraka? Tentu saja agar setiap orang dapat merasakan ganjaran atas sesuatu yang telah ia lakukan. Jika Allah hanya menciptakan surga, tanpa neraka. Maka tidak ada seorang pun yang mengerti hakikat kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan di surga. Lalu mengapa Allah tidak memberiakan hukuman yang lebih edukatif dari pada imbalan surga dan neraka? Bukankah sudah cukup peringatan yang Allah berikan selama seseorang hidup di dunia? Allah sudah memberikan peringatan langsung melalui Al Qur’an. Tak hanya itu saja, Allah juga telah memberikan peringatan untuk siapapun yang berpikir.·              
Mengapa ibadah disebut sebagai beban? Jadi, manusia beribadah hanya karena beban? Jawab: Allah menurunkan ibadah sebagai beban bagi manusia, sebagai syarat kesempurnaan seorang manusia. Mengapa disebut sebagai syarat kesempurnaan? Karena manusia memiliki hawa nafsu yang mendorong seseorang manusia untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya. Namun ketika seorang manusia tetap melakukan ibadah, walaupun memiliki hawa nafsu, di sanalah nilai kesempurnaannya.Manusia memang Allah berikan beban untuk beribadah, namun bagaimana menyikapinya, itu adalah urusan manusia, apakah ia menganggapnya sebagai beban atau sebagai sebuah kebutuhan.

 2. MANUSIA DAN AGAMA

Dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah Sang Pencipta dan alam semesta yang diciptakan Allah. Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam semesta telah diciptakan-Nya dengan tatanan kerja yang teratur, rapi, dan serasi. Keteraturan, kerapian, dan keserasian ini dapat dilihat dari dua kenyataan: Pertama,berupa keteraturan, kerapian, dan keserasian dalam hubungan alamiah antara bagian-bagian di dalamnya dengan pola saling melengkapi dan mendukung; Kedua, keteraturan yang ditugaskan kepada malaikat untuk menjaga dan melaksanakannya. Kedua hal itulah yang membuat berbagai keteraturan, kerapian, dan keserasian yang kita yakini sebagai Sunnatullah yakni ketentuan dan hukum yang ditetapkan Allah. Seperti pada matahari sebagai pusat dari sistem tata surya, berputar pada sumbunya dan memancarkan energinya kepada alam semesta secara teratur dan tetap.

Ada tiga sifat utama Sunnatullah yang disinggung dalam Al-Qur’an, yaitu: pasti, tetap, dan obyektif. Sifat yang pertama, yaitu pasti, tentu menjamin dan memberi kemudahan kepada manusia membuat rencana, sehingga dapat membuat perhitungan yang tepat menurut Sunnatullah:
"… Dia telah menciptakan sesuatu, dan Dia (pula yang) memastikan (menentukan) ukurannya dengan sangat rapi." (QS 25:2)
"… Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan (kepastian) bagi tiap sesuatu." (QS 65:3)
Sifat yang kedua adalah tetap, tidak berubah-ubah:
"… Tidak ada yang sanggup menggubah kalimat-kalimat Allah." (QS 6:115)
"… Dan engkau tidak akan menemui perubahan dalam Sunnah kami …" (QS 17:77)
Sifat yang ketiga adalah obyektif:

"…, bahwasanya dunia ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh." (QS 21:105)
Demikianlah alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-hukum yang berlaku baginya yang (kemudian) diserahkan-Nya kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan, sebagai khalifah. Untuk dapat menjalankan kedudukannya itu manusia diberi bekal berupa potensi seperti akal yang melahirkan berbagai ilmu sebagai alat untuk mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini.
"Dia telah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya …" (QS 2:31)
Dengan akal dan ilmu yang dikuasainya, manusia akan mampu mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta bumi ini untuk kepentingan manusia serta makhluk lain. Atas pelaksanaan amanat tersebut manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akherat apakah telah mengikuti dan mematuhi pola dan garis besar yang diberikan melalui para nabi dan rasul yang termuat dalam ajaran agama.


Manusia Menurut Agama Islam

Al-Qur’an tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok hewan selama manusia mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun bila manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya seperti: pemikiran, kalbu, jiwa, raga, serta pancaindera secara baik dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan:
"… Mereka (manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), punya telinga tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang." (QS 7:179)
Di dalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan al-insan (QS 76:1), an-nas (QS 114:1), basyar (QS 18:110), bani adam (QS 17:70). Berdasarkan studi isi Al-Qur’an dan Al-Hadits, manusia (al-insan) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman kepada Allah dan dengan mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, mempunyai rsa tanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak (N.A. Rasyid, 1983: 19). Berdasarkan rumusan tersebut, manusia mempunyai berbagai ciri sebagai berikut:

Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang sangat baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS 95:4)
Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah.
"… ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.’ " (QS 7:172)
Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS 51:56)
Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifahnya di bumi.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesunggunya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ … " (QS 2:30)
Manusia dilengkapi akal, perasaan, dan kemauan atau kehendak.
"Dan katakanlah: ‘kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.’ …" (QS 18:29}
Manusia secara individual bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
"… Setiap orang (manusia) terikat (bertanggung jawab) terhadap apa yang dilakukannya." (QS 52:21)
Manusia itu berakhlak.

Manusia menurut agama Islam, terdiri dari dua unsur, yaitu unsur materi berupa tubuh yang berasal dari tanah dan unsur immateri berupa roh yang berasal dari alam gaib. Al-Qur’an mengungkapkan proses penciptaan manusia:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal dari) tanah [12]. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) [13]. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik [14]. Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah [7]. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani) [8]. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi Kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur [9]." (QS 23:12-14, 32:7-9)
Sedangkan menurut hadits, Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya, setiap manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah (air mani), empat puluh hari sebagai ‘alaqah (segumpal darah), selama itu pula sebagai mudhghah (segumpal daging). Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalam tubuh manusia, yang berada dalam rahim itu" (HR Bukhari dan Muslim)
Ali Syari’ati – sejarawan dan ahli sosiologi Islam terkemuka – mengemukakan pendapatnya mengenai intrepretasi hakikat kejadian manusia. Manusia menpunyai dua dimensi: dimensi ketuhanan (kecendrungan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah) dan dimensi kerendahan atau kehinaan (lumpur mencerminkan keburukan-kehinaan). Karena itulah manusia dapat mencapai derajat yang tinggi namun dapat pula terperosok dalam lembah yang hina, yang manusia dibebaskan untuk memilihnya.

Ali Syari’ati memberikan makna tentang filsafat manusia:

Manusia tidaklah sama (konsep hukum), tetapi bersaudara (asal kejadian).

Manusia mempunyai persamaan antara pria dan wanita (sumber yang sama yakni dari Tuhan).

Manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi dari malaikat karena pengetahuan yang dimilikinya.

Manusia memiliki fenomena dualistis: terdiri dari tanah dan roh Tuhan, yang terdapat kebebasan pada dirinya untuk memilih.

Atas kebebasan memilih tersebut, manusia bergerak dalam spektrum yang mengarah ke jalan Tuhan atau sebaliknya mengarah ke jalan setan. Manusia dengan akalnya sebagai suatu hidayah Allah kepada-Nya , memilih apakah ia akan terbenam dalam lumpur kehinaan atau menuju ke kutub mulia ke arah Tuhan. Dalam menentukan pilihan manusia memerlukan petunjuk yang benar yang terdapat dalam agama Allah yaitu agama Islam, yang menyeimbangkan antara dunia dan akherat.
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam …" (QS 3:19)
Manusia sebagai makhluk Ilahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui lima tahap:
 (1) alam gaib,
 (2) alam rahim,
(3) alam dunia,
 (4) alam barzakh, dan
(5) alam akherat.
Dari kelima tahapan kehidupan manusia itu, tahap kehidupan di dunia merupakan tahap yang menentukan tahap kehidupan selanjutnya, sehingga manusia dikaruniai Allah dengan berbagai alat perlengkapan dan bekal agar dapat menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi, serta pedoman agar selamat sejahtera di dunia dalam perjalanannya menuju tempatnya yang kekal di akherat nanti. Pedoman itu adalah agama.

Sesunguhnya manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apa arti ibadah? Apakah secara ritual menyembah Allah, shalat lima waktu, puasa, zakat, dan berhaji saja? Bila memang itu maknanya, lalu bagaimana dengan usaha mempertahankan hidup? Apakah hanya dengan shalat maka hidangan akan disediakan Allah begitu saja? Tentu tidak, kita sebagai manusia harus berusaha memperoleh makan dan minum. Sebagai manusia kita harus bekerja untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup. Bila ibadah hanya diartikan sebatas pada ibadah ritual belaka dan tidak memasukkan bekerja sebagai suatu ibadah pula, maka merugilah manusia karena hanya sedikit dari waktunya untuk beribadah, bila dibandingkan ibadah dalam artian luas yang tidak terbatas pada ibadah ritual belaka. Tujuan ibadah:
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa." (QS 2:21)
Prof.DR. M. Mutawwali As-Sya’rani mengutarakan bahwa: manusia diberi sarana oleh-Nya, diberi bumi yang tunggal dan beribadah pada-Nya, Alah telah memberi kewajiban-kewajiban, karenanya Allah meminta hak agar manusia beribadah kepada-Nya dengan tujuan agar manusia dapat terhindar dari soal-soal buruk yang merugikan di dunia.


Agama: Arti dan Ruang Lingkupnya

Sesuai dengan asal muasal katanya (sansekerta: agama,igama, dan ugama) maka makna agama dapat diutarakan sebagai berikut: agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja; igama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan dengan dewa-dewa; ugama artinya peraturan, tata cara, hubungan antar manusia; yang merupakan perubahan arti pergi menjadi jalan yang juga terdapat dalam pengertian agama lainnya. Bagi orang Eropa, religion hanyalah mengatur hubungan tetap (vertikal) anatar manusia dengan Tuhan saja. Menurut ajaran Islam, istilah din yang tercantum dalam Al-Qur’an mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri, dan alam lingkungan hidupnya (horisontal).
"… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agama(din) bagimu …" (QS 5:3)
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia …" (QS 3:112)
Persamaan istilah agama tidak dapat dijadikan alasan untuk menyebutkan bahwa semua agama adalah sama, karena adanya perbedaan makna atas istilah agama tersebut, yang berbeda atas sistem, ruang lingkupnya, dan klasifikasinya.

Karena agama merupakan kepentingan mutlak setiap orang dan setiap orang terlibat dengan agama yang dipeluknya maka tidaklah mudah untuk membuat suatu defenisi yang mencakup semua agama, namun secara umum dapat didefenisikan sebagai berikut: agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan-Nya melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.


Hubungan Manusia dengan Agama

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah sebagai pencipta alam semesta. Allah sendiri yang mencipta dan memerintahkan ciptaan-Nya untuk beribadah kepada-Nya, juga menurunkan panduan agar dapat beribadah dengan benar. Panduan tersebut diturunkan Allah melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, dari Adam AS hingga Muhammad SAW. Nabi-nabi dan rasul-rasul tersebut hanya menerima Allah sebagai Tuhan mereka dan Islam sebagai panduan kehidupan mereka. Beribadah diartikan secara luas meliputi seluruh hal dalam kehidupan yang ditujukan hanya kepada Allah. Kita meyakini bahwa hanya Islamlah panduan bagi manusia menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Islam telah mengatur berbagai perihal dalam kehidupan manusia. Islam merupakan sistem hidup, bukan sekedar agama yang mengatur ibadah ritual belaka.

Sayangnya, pada saat ini, kebanyakan kaum muslim tidak memahami hal ini. Mereka memahami ajaran Islam sebagaimana para penganut agama lain memahami ajaran agama mereka masing-masing, yakni bahwa ajaran agama hanya berlaku di tempat-tempat ibadah dan dilaksanakan secara ritual, tanpa ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut biasanya disebabkan karena dua hal: Pertama, terjadinya gerakan pembaruan di Eropa yang fikenal sebagai Renaissance dan Humanisme, sebagai reaksi masyarakat yang dikekang oleh kaum gereja pada masa abad pertengahan atau Dark Ages, kaum gereja mendirikan mahkamah inkuisisi yang digunakan untuk menghabisi para ilmuwan, cendikiawan, serta pembaharu. Setelah itu, pada masa Renaissance, masyarakat menilai bahwa Tuhan hanya berkuasa di gereja , sedangkan di luar itu masyarakat dan rajalah yang berkuasa. Paham dikotomis ini kemudian dibawa ke Asia melalui penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa; Kedua, masih adanya ulama-ulama yang jumud, kaku dalam menerapkan syariat-syariat Islam, tidak dapat atau tidak mau mengikuti perkembangan jaman. Padahal selama tidak melanggar Al-Qur’an dan Hadits, ajaran-ajaran Islam adalah luwes dan dapat selalu mengikuti perkembangan zaman. Akibat kejumudan tersebut, banyak kalangan masyrakat yang merasa takut atau kesulitan dalam menerapkan syariat-syariat Islam dan menilainya tidak aplikatif. Ini membuat masyarakat semakin jauh dari syariat Islam.

Paham dikotomis melalui sekularisme tersebut antara lain dipengaruhi terutama oleh pemikiran August Comte melalui bukunya Course de la Philosophie Positive (1842) mengemukakan bahwa sepanjang sejarah pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap: (1) tahap teologik, (2) tahap metafisik, dan (3) tahap positif; pemikiran tersebut melahirkan filsafat positivisme yang mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, melalui sekularisme. Namun teori tersebut tidaklah benar, sebab perkembangan pemikiran manusia tidaklah demikian, seperti pada zaman modern ini (tahap ketiga), manusia masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan kembali kepada spiritualisme.

Sejarah umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis dan malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali kepada agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia pada otak manusia untuk memecahkan segala masalah di masa lalu tidak terwujud.

Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

3. ISLAM SEBAGAI FITRAH MANUSIA

Islam sebagai Kebutuhan Fitri Manusia terdiri dari dimensi fisik dan non fisik. Dimensi non fisik, yaitu jiwa (psyche), fikiran (ratio), dan rasa (sense). Rasa yang dimaksud adalah kesadaran manusia akan kepatuhan (senseofethic), keindahan (senseofaesthetic), dan kebertuhanan (senseoftheistic). Rasa kebertuhanan (senseoftheistic) adalah perasaan pada diri seseorang yang menimbulkan keyakinan akan adanya sesuatu yang maha kuasa di luar dirinya (transcendence) yang menentukan segala nasib yang ada. Keyakinan akan adanya Tuhan di capai oleh manusia melalui tiga pendekatan, yaitu:

a. Material experien ceofhumanity. Membuktikan adanya Tuhan melalui kajian terhadap fenomena alam semesta.
b. Inner experien ceofhumanity. Membuktikan adanya Tuhan melalui kesadaran bathiniyyah dirinya.

c. Spiritual experien ceofhumanity. Membuktikan Tuhan di dasarkan pada wahyu yang di turunkan oleh Tuhan melalui Rasul-Nya. 2. Sebab-sebab manusia perlu memeluk agama Manusia perlu memelukan agama sebab di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan, manusia juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain di gunakan oleh kata Al-Nafs menurut Quraish Shihab. Bahwa dalam pandangan Al-Qur’an Nafs di ciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Qur’an dianjurkan untuk di beri perhatian lebih besar. Sebagai mana firman Allah swt. Yang berbunyi:ﻓﺠﻮﺮﻫﺎﻮﺗﻗﻭﻫﺎﻓﺎﻟﻬﻣﻬﺎﻮﻣﺎﺴﻭﻫﺎﻮﻧﻓﺲArtinya: “Demina serta demi penyempurna ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketaqwaan”. (QS.Al-Syams:78) Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupanya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang di lakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluar kabiaya, tenaga dan fikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Allah berfirman dalam Al-Qr’ an SuratAl-Anfal: 36 Yang artinya: “sesungguh ya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah”. (QS.Al-Anfal:36) Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang-orang mengikuti keinginannya. Barbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebaginya di buat dengan sengaja. Untuk itu, upaya membatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama
Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini meningkat, sehingga uapaya mengagamakan masyarakat menjadi penting


3. Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah kemanusian Islam adalah suatu system ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah SWT, di turunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad saw. Sebagai agama yang datang dari Tuhan yang menciptakan manusia sudah tentua jaran Islam akan selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah dalam arti pembawaan asal manusia secara umum sejak kelahiran (bahkan sejak awal penciptaan) dengan segala karakteristiknya yang masih bersifat potensial atau masih berupa kekuatan tersembunyi yang masih perlu di kembangkan dan di arahkan oleh ikhtiar manusia baik fitrah yang berkaitan dengan dimensifisik atau non fisik, yaitu akal, nafsu, perasaan dan kesadaran (qalb) dan ruh. Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertamakali ditegaskan dalam ajaran Islam. Yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia sebelumnya. Manusia belum mengenal kenyataaan ini. Baru masa ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya dalam keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia memeluk agama. Sebagai mana firman Allah yang berbunyi:
                               ﻓﺄﻗﻢﻭﺠﻬﻚﻠﻠﺪﻳﻦﺣﻧﻳﺎﻓﻄﺭﺓﺍﻟﻟﻪﺍﻟﺗﻰﻓﻄﺮﺍﻟﻧﺎﺲﻋﻠﻳﻬﺎ
Artinya: “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dngan fitrah itu”. (QS.Ar-Rum:30). Adanya potensi fitrah agama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula di analisis melalui istilah Ihsan yang di gunakan Al-Qur’ an untuk menunjukan manusia. Mengacu kepada informasi yang di berikan Al-Qur’an, Musa Asy’ ari sampai pada suatu kesimpulan, bahwa manusia Ihsan adalah manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Melalui uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, dan seterusnya dengan mengenal agama kepadanya. Dengan arahan ajaran Islam, fitrah kemanusia anakan membawa manusia ke arah kebaikan dan ke selamatan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

4. Islam Sebagai Agama yang Lurus Islam merupakan agama yang lurus karena islam sebagai hidayah (petunjuk) dalam kehidupan umat manusia sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 38) “Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan di timpa rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati ”. (Q.SAl-Baqarah:38)

A. Hidayah Allah untuk manusia Hidayah secara istilah Islam berarti ‘Petunjuk yang di berikan oleh Allah pada makhluk hidup agar mereka sanggup menghadapi tantangan kehidupan dan menemukan solusi(pemecahan)‘ bagi persoalan hidup yang di hadapinya’. Oleh karena itu hidayah merupakan alat bantu yang di berikan oleh Allah kepada makhluk hidup untuk mempermudah menjalani kehidupannya

Ada 4 tingkat hidayah yang di berikan oleh Allah swt. Kepada manusia, yaitu:

1) Hidayah ghariziyah (bersifat instinktif), yaitu petunjuk untuk kehidupan yang di berikan oleh Allah swt. Bersamaan dengan kelahiran berupa kemampuan untuk menghadapi kehidupan, sehingga sanggup untuk bertahapan hidup (fungsi survival).

2) Hidayah hissiyyah (bersifat indrawi), yaitu petunjuk berupa kemampuan indera dalam menangkap citra lingkungan hidup, sehingga ia dapat menentukan lingkungan mana yang sesuai dengannya sehingga menemukan kenyamanan dalam menjalani kehidupan secara fisikal (fungsi adaptif).

3) Hidayah aqliyyah (bersifat intelektual)
 yaitu petunjuk yang di berikan oleh Allah swt. Berupa kemampuan berfikir dan menalar, yaitu mengolah segala informasi yang di tangkap melalui indera. Dengan kemampuan ini manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat memanipulasi dan mereka yang  salingkungan untuk menciptakan kemudahan, kesejahteraan dan kenyamanan hidupnya (fungsi developmental atau pengembangan hidup).

4) Hidayah diniyyah (berupa ajaran agama)
 yaitu petunjuk yang di berikan Allah swt. Kepada manusia berupa ajaran-ajaran praktis untuk di terapkan dalam meniti kehidupan secara individual dan menata kehidupan secara komunal, bersama-sama orang lain, sehingga manusia mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan hakiki dan ketenangan batin dalam menjalani kehidupannNYA.

Hidayah ketiga dan ke empat ini hanya di berikan kepada umat manusia dengan kedua jenis hidayah inilah manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Dengan hidayah aqliyyah (kemampuan intelektual), manusia menjadi berbeda secara signifikan bila di bandingkan dengan binatang (demikian juga dengan jin dan malaikat). Dan dengan hidayah diniyyah (petunjuk agama), manusia dapat meningkatkan spirituallitasnya dan mencapai ketingkat yang lebih tinggi dari malaikat sekali pun

b.     ISLAM, Satu-satunya hidayah diniyyah

Untuk membimbing manusia dalam meniti dan menata kehidupan, Allah menurunkan agamanya sebagai pedoman yang harus dijadikan referensi dalam menetapkan setiap keputusan, dengan jaminan ia akan terbebas dari segala kebingungan dan kesesatan. Firman Allah yang terjemahannya: “Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan di timpa rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati”.(Q.SAl-Baqarah:38). Dan Allah swt. Menegaskan bahwa satu-satunya hidayah yang benar yang Iaridhoi itu adalah agama islam.“Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah ISLAM”.“ Pada hari ini Aku lengkapkan bagimu agama mu dan Aku sempurnakann hikmat-Ku kepadamu. Dan Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.

c.      Agama islam, dapat berperan dan berfungsi bagi manusia yang dapat dikembangkan oleh setiap individu, sebagai berikut:

1. Pemberi makna bagi perbuatan manusia.
2. Alat control bagi perasaan dan emosi.
3. Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang.
 4. Pemberi reinfor cement (dorongan penguat) terhadap kecenderungan berbuat baik pada manusia.
5.Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang






BAB III

 PENUTUP


A. KESIMPULAN

 Sehingga dapat di simpulkan bahwa agama sangat di perlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunn atu llah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayatqur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

B.SARAN

Kita sebagai manusia hendaknya berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan













                               
                                           












DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UPI, 2009, Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Page